Selamat Hari Pendidikan Nasional Tahun 2024

Thursday, June 11, 2009

Kepasrahan Seorang Ratu Tenis Meja Nasional

SEBENARNYA saya hanya ingin menjadikan SEA Games kali ini kenangan manis dan yang terakhir bagi saya. Ada rasa penasaran di diri saya pada dua SEA Games terakhir (SEA Games XX Brunei dan SEA Games XXI Malaysia). Saya tidak mendapat satu medali pun dari keduanya. Tidak lebih dari itu….

Begitulah pernyataan kekecewaan ratu tenis nasional, Rossy Pratiwi Dipoyanti (31), ketika mengetahui namanya tidak termasuk di dalam satu dari delapan petenis meja nasional yang dipanggil untuk mengikuti seleksi nasional (seleknas) pada 10-11 April lalu di Jakarta.



Masih berharap agar dirinya dapat ikut serta dalam seleknas lalu, menurut Rossy, bukanlah tanpa alasan dan pertimbangan yang matang. Ada dua hal penting yang membuat dia masih yakin dapat masuk ke dalam daftar nama-nama pemain yang ikut seleknas, yakni berdasarkan hasil yang dicapainya pada Invitasi Ranking Nasional Oktober 2002 dan Kejuaraan Tenis Meja Asia Tenggara (SEATA) ke-3 yang digelar di Hall Senam Sekolah Pelita Harapan, Tangerang, November tahun lalu.

“Sebelum kedua kejuaraan tersebut, saya sendiri sebenarnya masih ragu apakah saya mampu untuk berprestasi kembali, khususnya di SEA Games Vietnam mendatang,” aku Rossy, penyumbang 13 medali emas, sembilan perak, dan dua perunggu bagi Indonesia sejak SEA Games 1987.

Ternyata, hasil kedua kejuaraan tersebut cukup membangkitkan kembali kepercayaan diri dan motivasinya untuk meraih kembali prestasi pada SEA Games mendatang. Pada Invitasi Ranking Nasional, Rossy berhasil menempati peringkat keenam nasional, serta meraih medali perak ganda putri bersama rekannya, Fauziah “Yuli” Yulianti, di SEATA. Di final SEATA, mereka dikalahkan pasangan dunia dari Singapura, Li Jia Wei/Jing Jun Hong, dengan skor tipis 2-3 (11-5, 5-11, 6-11, 11-10, 9-11).

“Keyakinan diri saya saat itu sangat tinggi bahwa saya akan dipanggil dalam seleknas. Meski tidak untuk di nomor tunggal, setidaknya saya masih bisa memperoleh medali di nomor ganda, baik putri maupun campuran dengan Ismu. Sudah sejak tahun 1997 saya ingin berpasangan dengan Yuli, namun saat SEATA November lalu baru terlaksana,” kenang istri pebasket klub Angkasapura Medan, Rani Kristiono, dan ibu seorang anak berumur satu tahun, Diva Marsella Maharani, ini.

NAMUN, harapan mengakhiri kariernya dengan manis tinggal sekadar harapan kosong. Ketua II Bidang Pembinaan Pengurus Besar Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PB PTMSI) Loka Purnomo mengatakan, para pemain yang berhak mengikuti seleknas adalah mereka yang berperingkat lima besar pada Invitasi Ranking Nasional, ditambah para atlet yunior berprestasi menurut penilaian PB PTMSI.

Sebenarnya peluang Rossy masih tetap terbuka untuk mengikuti seleknas ketika pemain peringkat ketiga saat invitasi, Nunik, mengundurkan diri karena alasan pribadi. Namun, pihak PB PTMSI tidak menaikkan pemain peringkat 4-6 untuk mengisi peringkat 3-5. Posisi Nunik akhirnya digantikan oleh pemain muda Ratna (25), yang saat invitasi berada di peringkat 10.

Menanggapi keputusan itu, Loka kembali menegaskan, prioritas atlet muda dan berprestasi harus dikedepankan sesuai dengan target KONI Pusat di SEA Games mendatang, yakni bukan untuk meraih juara, melainkan untuk pembinaan terhadap atlet muda potensial.

Rossy hanya pasrah dengan keputusan tersebut. Namun, dia menyesali, tidak ada seorang pengurus PTMSI yang memberikan penjelasan tentang tidak dimasukkannya dirinya dalam seleknas lalu.

“Saya memang kecewa. Karena dengan mempunyai anak, justru semakin memicu saya untuk berprestasi. Kalau saya sampai dapat bonus, kan buat anak juga,” ungkapnya kecewa.

Meskipun gagal terpilih mengikuti seleknas lalu, Rossy menegaskan, dia tidak akan mencoba lagi untuk ikut seleknas SEA Games berikutnya. “Ini benar-benar keinginan saya yang terakhir,” jelas Rossy yang kini berprofesi sebagai seorang ibu rumah tangga. (B17)

Sumber : www.kompas.com
Share:

0 comments:

Post a Comment

Arsip


Visitor

Followers