Gerak Jalan

Gerak Jalan Tradisional menempuh jarak 28 KM dari Markas Besar Komando Djawa (MBKD) Jendral Soedirman Desa Kepurun, Manisrenggo finish di Monumen Juang 45 Joggrangan Klaten.

Juara O2SN SD KALTENG 2015

Hasil O2SN Tingkat SD Cabang Olahraga Tenis Meja Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2005

Juara HUT KORPRI Kapuas

Kejuaraan Tenis Meja dan Sepak Bola Mini dalam Rangka HUT KORPRI Kabupaten Kapuas Tahun 2011

Juara Kelas 9.4

Penerimaan Raport Semester I Tahun Pelajaran 2021/2022

Kejuaraan Tenis Meja Bupati Cup Kapuas

Hasil Kejuaraan Tenis Meja Bupati Cup Kapuas Tahun 2021

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1445 H, Mohon maaf lahir dan batin

Thursday, June 11, 2009

Kepasrahan Seorang Ratu Tenis Meja Nasional

SEBENARNYA saya hanya ingin menjadikan SEA Games kali ini kenangan manis dan yang terakhir bagi saya. Ada rasa penasaran di diri saya pada dua SEA Games terakhir (SEA Games XX Brunei dan SEA Games XXI Malaysia). Saya tidak mendapat satu medali pun dari keduanya. Tidak lebih dari itu….

Begitulah pernyataan kekecewaan ratu tenis nasional, Rossy Pratiwi Dipoyanti (31), ketika mengetahui namanya tidak termasuk di dalam satu dari delapan petenis meja nasional yang dipanggil untuk mengikuti seleksi nasional (seleknas) pada 10-11 April lalu di Jakarta.



Masih berharap agar dirinya dapat ikut serta dalam seleknas lalu, menurut Rossy, bukanlah tanpa alasan dan pertimbangan yang matang. Ada dua hal penting yang membuat dia masih yakin dapat masuk ke dalam daftar nama-nama pemain yang ikut seleknas, yakni berdasarkan hasil yang dicapainya pada Invitasi Ranking Nasional Oktober 2002 dan Kejuaraan Tenis Meja Asia Tenggara (SEATA) ke-3 yang digelar di Hall Senam Sekolah Pelita Harapan, Tangerang, November tahun lalu.

“Sebelum kedua kejuaraan tersebut, saya sendiri sebenarnya masih ragu apakah saya mampu untuk berprestasi kembali, khususnya di SEA Games Vietnam mendatang,” aku Rossy, penyumbang 13 medali emas, sembilan perak, dan dua perunggu bagi Indonesia sejak SEA Games 1987.

Ternyata, hasil kedua kejuaraan tersebut cukup membangkitkan kembali kepercayaan diri dan motivasinya untuk meraih kembali prestasi pada SEA Games mendatang. Pada Invitasi Ranking Nasional, Rossy berhasil menempati peringkat keenam nasional, serta meraih medali perak ganda putri bersama rekannya, Fauziah “Yuli” Yulianti, di SEATA. Di final SEATA, mereka dikalahkan pasangan dunia dari Singapura, Li Jia Wei/Jing Jun Hong, dengan skor tipis 2-3 (11-5, 5-11, 6-11, 11-10, 9-11).

“Keyakinan diri saya saat itu sangat tinggi bahwa saya akan dipanggil dalam seleknas. Meski tidak untuk di nomor tunggal, setidaknya saya masih bisa memperoleh medali di nomor ganda, baik putri maupun campuran dengan Ismu. Sudah sejak tahun 1997 saya ingin berpasangan dengan Yuli, namun saat SEATA November lalu baru terlaksana,” kenang istri pebasket klub Angkasapura Medan, Rani Kristiono, dan ibu seorang anak berumur satu tahun, Diva Marsella Maharani, ini.

NAMUN, harapan mengakhiri kariernya dengan manis tinggal sekadar harapan kosong. Ketua II Bidang Pembinaan Pengurus Besar Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PB PTMSI) Loka Purnomo mengatakan, para pemain yang berhak mengikuti seleknas adalah mereka yang berperingkat lima besar pada Invitasi Ranking Nasional, ditambah para atlet yunior berprestasi menurut penilaian PB PTMSI.

Sebenarnya peluang Rossy masih tetap terbuka untuk mengikuti seleknas ketika pemain peringkat ketiga saat invitasi, Nunik, mengundurkan diri karena alasan pribadi. Namun, pihak PB PTMSI tidak menaikkan pemain peringkat 4-6 untuk mengisi peringkat 3-5. Posisi Nunik akhirnya digantikan oleh pemain muda Ratna (25), yang saat invitasi berada di peringkat 10.

Menanggapi keputusan itu, Loka kembali menegaskan, prioritas atlet muda dan berprestasi harus dikedepankan sesuai dengan target KONI Pusat di SEA Games mendatang, yakni bukan untuk meraih juara, melainkan untuk pembinaan terhadap atlet muda potensial.

Rossy hanya pasrah dengan keputusan tersebut. Namun, dia menyesali, tidak ada seorang pengurus PTMSI yang memberikan penjelasan tentang tidak dimasukkannya dirinya dalam seleknas lalu.

“Saya memang kecewa. Karena dengan mempunyai anak, justru semakin memicu saya untuk berprestasi. Kalau saya sampai dapat bonus, kan buat anak juga,” ungkapnya kecewa.

Meskipun gagal terpilih mengikuti seleknas lalu, Rossy menegaskan, dia tidak akan mencoba lagi untuk ikut seleknas SEA Games berikutnya. “Ini benar-benar keinginan saya yang terakhir,” jelas Rossy yang kini berprofesi sebagai seorang ibu rumah tangga. (B17)

Sumber : www.kompas.com
Share:

Tuesday, June 9, 2009

Ceria Nilasari Terbaik di Jateng

SEMARANG- Ceria Nilasari, mantan petenis meja PTM Surya Kediri, menjadi yang terbaik di Jateng. Tiga kali tampil di putaran final, tiga kali pula dia mencatat kemenangan telak 3-0 atas lawan-lawannya dalam seleksi tenis meja Piala Presiden di GOR Mugas, kemarin. Pemain yang ikut mengantarkan kontingen Jatim menyapu bersih medali emas cabang tenis meja di PON XVII/2008 Kaltim ini, masih terlalu tangguh bagi pemain-pemain Jateng yang lain. Ketika berhadapan dengan pemain andalan PON XVII Jateng, Wahyuningrum, Nilasari tidak memberi kesempatan banyak. Peraih medali emas PON XVI Palembang 2004 ini menang 11-5, 12-10 dan 11-7. Demikian halnya ketika berhadapan dengan Hana (Sukoharjo). Hana yang sehari sebelumnya membuat kejutan dengan mengalahkan pemain PON XVII Jateng, Juwita dari Banjarnegara 11-4, 11-8, 5-11, 6-11, 11-9 ini, dipaksa menyerah telak, 3-11, 2-11 dan 9-11. Terakhir, Nilasari menang 11-3, 11-9, 11-8 atas Evi dari Surakarta, sehingga pemain yang baru saja diterima sebagai PNS Pemkot Semarang ini berhak mewakili Jateng ke Piala Presiden di Jakarta 8-10 Mei mendatang. ‘’Dia salah satu pemain yang kami harapkan merebut medali emas PON Riau 2012,’’ janji Ketua Harian PTMSI Jateng, Ir Farchan kemarin. Nasib buruk justru diperlihatkan oleh Wahyuningrum. Pemain yang selalu menempati peringkat satu di Jateng ini gagal berangkat ke Jakarta setelah menderita dua kali kekalahan. Setelah menyerah 0-3 dari Nilasari, dia kembali kalah 1-3 (7-11, 12-10, 9-11, 7-11) dari Eni, wakil dari Surakarta. Sementara itu di sektor putra, yang akan mengirimkan empat wakil, tidak ada kejutan berarti. Peraih emas SEA Games 2001, Hadiyudo asal Solo masih menjadi pemain terbaik putra di kelompok umum. Tetapi pemain yang juga menekuni profesi sebagai pelatih ini sempat kehilangan dua set saat berhadapan dengan Adam dari Semarang, sebelum menang tipis 3-2. Pada penampilan berikutnya, dia menang 3-1 atas Rizal dari Semarang, sehingga Hadiyudo ikut lolos ke Jakarta. ‘’Untuk pemain putri kelompok umum, hanya dua pemain yang berhak berangkat ke Jakarta. Tetapi untuk putra ada empat. Satu tiket sudah dikantongi oleh Yon Mardiono sebagai pemain wild card, sehingga tinggal menambah tiga pemain lagi,’’ jelas Kabid Binpres PTMSI Jateng, Edy Pramudji. (C16-40)

sumber : www.suaramerdeka.com



Share:

Rp 200 Juta untuk Satu Medali Emas Tenis Meja

SATU medali emas akan dinilai dengan bonus Rp 200 juta oleh PTMSI. Iming-iming bonus yang menggiurkan ini tidak lain guna memacu para atlet tenis meja memberikan yang terbaik dalam usaha menghadirkan medali emas dari cabang ping pong yang gagal total di Kuala Lumpur dua tahun lalu.

MANAJER tim Indonesia, Deddy Kurniawan Wikanta menegaskan, janji bonus itu, antara lain, untuk memberikan ransangan bagi para atlet memacu kemampuan mereka. "Uang itu sendiri disiapkan oleh pengurus PTMSI," tegas Kurniawan.



Timbul pertanyaan, apakah janji bonus itu akan menjadi kekuatan kedua, di balik kemampuan teknis para atlet yang telah berlatih selama lima bulan di Korea Utara (Korut)?

Itu kalau kita berbicara tentang kelompok putra.

Bagaimana dengan putrinya? Setelah era dua bersaudara Carla Tedjasukmana dan Diana Wuisan, maka muncul generasi di bawahnya seperti Aliana Gunawan, Ellyana Effendi, dan Chandra Dewi. Akan tetapi, gebrakan putri kita mulai terasa lagi setelah munculnya Evi Sumendap, Rossy Depoyanti Syechbubakar, Mulatsih, dan Ling Ling Agustin.

Dalam partisipasi kita sejak tahun 1977, tenis meja hanya dua kali menyumbang satu medali emas, yaitu di SEA Games 1985 di Bangkok, dan SEA Games 1999 di Brunei Darussalam. Sedangkan di SEA Games 2001 di Kuala Lumpur, tenis meja pulang dengan tangan kosong, alias tanpa emas. Di luar ketiga SEA Games tersebut, tenis meja boleh berbangga dengan tidak pernah merebut kurang dari empat medali emas.

Masa keemasan tenis meja di SEA Games terjadi sepuluh tahun lalu di SEA Games 1993 Singapura. Seluruh tujuh medali emas saat itu diboyong Anton Suseno serta Rossy Syechbubakar dan kawan-kawan.

Bagaimana dengan SEA Games Vietnam 2003 ini? KONI sendiri tidak menargetkan emas dari tenis meja. Begitu pun PTMSI tidak berani sesumbar mematok jumlah berapa medali emas yang bakal disabet atletnya. Akan tetapi, melihat persiapan serius yang dilakukan PTMSI dengan mengirimkan atletnya berlatih selama lima bulan di Korea Utara (Korut) dan ditempa oleh pelatih Korut pula, maka hitung-hitungan kasar di atas kertas, tenis meja minimal bisa menyabet dua emas.

Dari nomor mana saja emas itu akan muncul?

Manajer tim tenis meja untuk SEA Games, Deddy Kurniawan Wikanta memperkirakan dari nomor tunggal dan ganda putra. "Di kedua nomor itu, meski lawan-lawan dari Vietnam, Thailand, dan Singapura cukup berimbang, tetapi Indonesia punya peluang membuat kejutan," jelas Kurniawan yang juga adalah Ketua Bidang Pembinaan PTMSI.

Satu hal yang mungkin perlu diwaspadai adalah faktor nonteknis yang bisa menghambat langkah kita merebut medali emas. Faktor nonteknis di sini adalah soal kepemimpinan wasit.

Dalam SEA Games 1989 di Kuala Lumpur, atlet kita dirugikan oleh wasit tuan rumah sehingga terjadi walk out. Ketika itu, Rossy Syechbubakar terpaksa menangis pilu di pelukan pelatihnya Diana Wuisan setelah dikerjai wasit tuan rumah Goh Kun Tee yang memberikan angka gratis kepada atlet tuan rumah. Padahal, bola pukulan Rossy menyambar tipis bibir meja, namun wasit mengatakan keluar dan memberikan angka bagi lawan Rossy, Leong Mee Wan.

Saat itu, Ketua umum PTMSI, Ali Said (almarhum) yang berada di arena pertandingan dengan nada tinggi menginstruksikan atlet dan ofisial tenis meja kita untuk mengundurkan diri. Manajer tim Noeryanto tak berangnya menyaksikan ulah wasit tuan rumah tersebut.

Generasi baru

Sejak Juli lalu PTMSI mengirim delapan atlet (lima putra dan tiga putri) berlatih di Korut. Mereka yang diseleksi dari hasil invitasi nasional tahun 2002 dan kejuaraan Asia Tenggara di Jakarta 2002 ini adalah Ismu Harinto, David Jakob, Yon Maryono, Zainudin, Reno Handoyo (putra), Nilasari, Christine, dan Septi Diah (putri).

Kedelapan atlet ini akan ditambah satu atlet putri lagi yang tidak berlatih bersama di Korut. Atlet tersebut, Lindawati, yang berlatih sejak tiga bulan lalu di Beijing (Cina) dan ditangani pelatih asal Cina Yu Xhe Shi. Pemisahan Lindawati berlatih di Cina ini, menurut Kurniawan, untuk memperoleh variasi permainan berbeda.

Untuk keperluan berlatih di luar negeri, PTMSI memperkirakan menghabiskan sekitar Rp 590 juta. Para atlet tenis meja ini akan bergabung di Beijing, 30 November dan kemudian melanjutkan perjalanan menuju Hanoi, Vietnam. Tenis meja akan berlaga di luar Kota Hanoi, tepatnya di Kota Hai Duong, 6-12 Desember.

Selama menjalani latihan di Korut, kedelapan atlet ditangani langsung pelatih Korut, Ri Song Gil (putri) dan Park Yong Nam (putra). Keduanya dibantu asisten pelatih Bobby Regar (putra) dan Ali Hasibuan (putri). Dari nama-nama atlet yang dipersiapkan ke Vietnam ini, mereka semuanya memang merupakan generasi baru di tenis meja.

Seniornya, seperti Anton Suseno, Deddy da Costa (putra), Rossy Depoyanti Syechbubakar, Yulianti, dan Putri Hasibuan (putri) tidak dilibatkan lagi.

Menurut Kurniawan, kelompok putri memang berat untuk bisa merebut medali emas. Lawan-lawan tangguh akan datang dari Singapura, Thailand, dan Malaysia.

Singapura yang diperkirakan akan merajai kelompok putri, masih mengandalkan pemain veteran seperti Jin Jun Hong. Selain itu, ada pemain berdarah Cina, Zhang Xueling, yang menjuarai nomor tunggal Kejuaraan Asia Tenggara di Jakarta tahun lalu.

Di nomor perseorangan tunggal putri, Indonesia akan mengandalkan Nilasari dan Christine. Sedangkan di nomor beregu yang mempertandingkan lima partai, Indonesia kemungkinan menurunkan Nilasari, Christine, dan Septi Diah.

Kelompok putra, Harinto dan Jakob dipersiapkan untuk nomor tunggal perseorangan maupun beregu. Keduanya akan didampingi Yon Maryono di nomor beregu. .

Menurut Kurniawan, jika ukurannya kejuaraan Asia Tenggara tahun 2002 di Jakarta, maka di kelompok putra, Indonesia akan mendapat lawan berat dari Vietnam dan Singapura. Dalam kejuaraan Asia Tenggara tersebut, Indonesia hanya menyabet satu emas lewat ganda putra, Yon Maryono/David Jakob. Selain itu, satu perak dari ganda putri Yulianti/Rossy Syechbubakar dan tiga perunggu dari tunggal putra Yon Maryono, ganda putra Deddy da Costa/Ismu Harinto dan ganda campuran Deddy da Costa/Yulianti.

Dari para atlet penyumbang lima medali ini, hanya di nomor ganda putra Yon Maryono dan David Jakob serta Ismu Harinto di ganda putra yang akan berlaga di Vietnam. Sisanya, Deddy da Costa, Rossy Syechbubakar dan Yulianti tidak diikutsertakan. Ini berarti ada kepincangan kekuatan. Meski demikian, Kurniawan tetap yakin dari nomor tunggal putra, ganda putra, dan kemungkinan beregu putra, Indonesia bisa merebut medali emas. Semoga! (YESAYAS OKTOVIANUS)

sumber : www.kompas.com


Share:

Monday, June 1, 2009

Seruyan Juara Umum Piala Gubernur Cup II Kalteng

Dengan materi pemain nasional yang memperkuat kabupaten Seruyan berhasil mendominasi Kejuaraan Tenis Meja Piala Gubernur Cup II Kalteng 28-31 Mei 2009. Hasil pertandingan sebagai berikut :

Beregu Umum Putra

1. Mega Pro A  Seruyan

2. PU Palangka Raya

3. Kobar dan Mega Pro B  Seruyan

Beregu Kaltengsel

1. Kobar

2. PU Palangka

3. Kapuas dan Murung Raya



Tunggal Umum Putra

1. Yon Mardiono Seruyan

2. David Yacob Seruyan

3. Zainudin Seruyan dan Ahmad Dahlan Palangka Raya

Tunggal Umum Putri

1. Lindawati Hakim Kobar

2. Santi Pebriani Palangka Raya

3. Ceria Nilasari Kapuas  dan Yeni Rahmawati Palangka Raya

Tunggal Veteran Putra

1. Slamet Palangka Raya

2. Syahran Murung Raya

3. M Natsir BNI 46 Palangka Raya dan Sumaryana Palangka Raya

Share:

Kejuaraan Tenis Meja Gunernur Cup II 2009



Dalam rangka memperingati Hari jadi propinsi Kalimantan Tengah diselenggarakan kejuaraan Voli, Sepak Takraw, Tenis Meja. Dari ketiga cabang tersebut voli dan sepak takraw telah selesai diselenggarakan, sedangkan tenis meja akan diselenggarakan tanggal 28 - 31 Mei 2009. Dengan kategori Pertandingan :

1. Beregu Umum Putra : Peserta Pengcab se Kalimantan Tengah dan untuk memeriahkan turnamen ini panitia memperbolehkan pengcab mendatangkan atlit di luar propinsi Kalteng.

2. Beregu Putra Se Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, Atllit yang terdaftar Pra PON dan PON 2004-2008 tidak diperkenankan ikut.

3. Tunggal Putra Umum

4. Tunggal Putri Umum.

5. Tunggal Veteran + 45 tahun khusus untuk Kalteng.

Beberapa pemain papan atas Indonesia  seperti Yon Mardiono, David Yacob, Farda, Ahmad Dahlan, Dicot Hasibuan, Dikdik, Saifur  dan Zainudin di bagian putra. Ceria Nilasari, Santi, Lindawati Haki, Yuka, di bagian putri direncanakan akan turut meramaikan turnamen Gubernur Cup II di Palangka Raya. Hasil Pertandingan
Share:

Arsip


Visitor

Followers