Dirgahayu Republik Indonesia

Sunday, October 19, 2008

Surya Gudang Garam Runtuh di Puncak Prestasi

Jakarta (ANTARA News) - Suasana dalam GOR Sanjaya, Kediri, Jawa Timur, pagi itu gelap-gulita, lampu-lampu merkuri tak lagi bersinar seperti biasa.

Semua meja tenis di GOR itu dalam keadaan terlipat rapi dan tidak ada lagi para atlet bermandikan keringat setelah menjalani program latihan yang padat.

Suasana berbeda terlihat di kantor administrasi yang berada di lantai dua gedung olah raga milik Perusahaan Rokok PT. Gudang Garam Tbk, Kediri itu.

Sejumlah atlet dan orangtuanya memadati ruang kantor, ramai-ramai mengajukan surat pindah sekolah ke daerah asal.

Hal ini membuat tiga petugas bagian administrasi sibuk luar biasa, karena selain harus membuat surat pindah sekolah, mereka bertiga juga sibuk menyelesaikan hak para atlet tenis meja dari berbagai jenjang usia dari berbagai daerah itu.

Pemandangan ini terlihat sehari setelah Klub Surya Gudang Garam secara resmi dibubarkan, Senin (13/10) lalu.

Pembubaran itu dilatarbelakangi keputusan manajemen PT Gudang Garam Tbk yang tidak lagi mampu membiayai klub tenis meja yang selama tiga dasawarsa terakhir menelurkan atlet-atlet andal yang berjaya di berbagai ajang nasional dan internasional.

"Saya sudah tidak lagi bisa berbuat apa-apa atas keputusan itu," kata Ketua Umum PTM Surya Gudang Garam Kediri, Diana Wuisan Tedjasukmana.

Tanda-tanda runtuhnya kejayaan klub tenis meja elit di Tanah Air itu sudah mulai terasa setelah bos Gudang Garam, Rahman Halim alias Tjoa To Hing meninggal di usia ke-61 pada 27 Juli 2008.

Di bawah kepemimpinan bos baru, Juni Setyawati (saudara kandung Rahman Halim), beberapa pos pengeluaran pabrik rokok itu dipangkas, termasuk pengeluaran untuk klub tenis meja.

Selama ini pendanaan klub memang hanya berasal dari Gudang Garam yang setiap tahun rata-rata mencapai Rp3 miliar. Dana itu diantaranya digunakan untuk biaya operasional klub, konsumsi atlet, mendatangkan pelatih dari China, dan mengirimkan atlet ke berbagai ajang kejuaraan baik dalam maupun luar negeri.

Hanya Diana yang mengumumkan pembubaran itu secara resmi kepada para atlet dan pelatih pada Senin (13/10) malam di GOR Sanjaya yang berada persis di tengah komplek pabrik rokok itu.

"Kebetulan kemarin anak-anak baru datang ke Kediri setelah libur Lebaran. Bagi saya, itu saat yang tepat untuk mengumumkan pembubaran klub ini," kata Ketua Umum Pengprov Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) Jawa Timur itu, Selasa (14/10).

Ada dua opsi bagi para atlet pascapembubaran Klub Surya Gudang Garam.

Opsi pertama adalah memberi kesempatan pada para atlet untuk bertahan di Mess GOR Sanjaya sampai pendidikan mereka tuntas pada tahun ajaran ini, sedangkan opsi kedua adalah mempersilakan atlet pindah atau pulang ke daerah asal di luar Jawa Timur.

"Selama berada di sini atlet masih mendapatkan konsumsi dan tempat tinggal. Tapi di sini, sudah tidak ada lagi aktivitas tenis meja dan tidak juga ada penanggung jawabnya," terang Diana.

Khusus atlet tenis meja yang selama ini membela Jawa Timur di berbagai ajang kejuaraan, pihak PTMSI Jatim akan bertanggung jawab sepenuhnya pada nasib mereka.

"Saya memang sudah tidak lagi berkecimpung di klub, tapi saya tetap bertanggung jawab penuh di PTMSI Jatim sampai masa jabatan saya berakhir pada 2011 mendatang," kata mantan atlet nasional di era 1980-an itu.

Sebuah Ironi

Bubarnya Klub Surya Gudang Garam itu adalah sebuah ironi. "Saya sangat prihatin dengan kejadian ini. Tapi mau bagaimana lagi, memang yang punya uang (Gudang Garam) tidak sanggup lagi membiayai," kata Ketua PB PTMSI Bidang Pembinaan Prestasi, Loka Purnomo.

Semula dia tak menyangka manajemen perusahaan rokok papan atas di Tanah Air itu menghentikan pendanaan klub tenis meja di saat para atlet sedang berada di puncak prestasi.

"Terus terang kami merasa kehilangan produsen atlet nasional yang selama ini cukup banyak membantu kami," kata Loka tak bisa menyembunyikan kekecewaannya.

Dalam PON XVII pada 6-17 Juli 2008 di Kalimantan Timur, para atlet Surya Gudang Garam Kediri memberikan kontribusi besar bagi kontingen Jawa Timur.

M. Hussein dan kawan-kawan mampu menyapu bersih tujuh medali emas dari nomor beregu putra, beregu putri, ganda putra, ganda putri, ganda campuran, tunggal putra, dan tunggal putri.

Mereka juga mampu menggondol dua medali perak dan empat medali perunggu sehingga mengantarkan Jawa Timur juara umum cabang olahraga "ping-pong" di ajang empat tahunan itu.

Prestasi yang ditorehkan M. Hussein dan kawan-kawan itu melampaui target yang ditetapkan KONI Jawa Timur yang hanya lima medali emas di ajang PON XVII sesuai hasil yang diperoleh dalam PON XVI/2004 di Sumsel.

Pada pertengahan 2008, atlet Surya Gudang Garam berhasil menyumbangkan satu medali emas, tiga perak dan enam perunggu bagi Tim Merah Putih saat berlaga di Kejuaraan Tenis Meja Asia Tenggara (South East Table Tennis Associations/SEATTA) Junior di Kuala Lumpur, Malaysia.

Kini tujuh atlet Surya Gudang Garam Kediri, Ficky Supit Santoso, Gilang Maulana, Dahlan Haruri, M. Khoiruddin (putra), Ceria Nilasari, Christine Ferliana, dan Noor Azizah (putri) sedang menjalani Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) guna persiapan berlaga di ajang SEATTA di Jakarta pada 21-24 Oktober 2008.

Bubarnya Surya Gudang Garam Kediri tidak pernah terlintas di benak para atlet. "Sungguh, peristiwa ini tidak pernah saya duga sebelumnya," kata Syaifur Rizal, atlet Surya Gudang Garam yang dalam ajang PON XVII lalu memperkuat Kontingen Kalimantan Tengah.

Ia mengaku mendengar kabar itu sebelumnya, tapi dianggapnya hanya angin lalu karena baginya, tak mungkin perusahaan rokok sebesar Gudang Garam tak mampu lagi membiayai klub yang didirikan oleh salah satu pewaris tahta Gudang Garam, Surya Wonowidjojo itu.

Apalagi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga RI belum lama ini memberikan penghargaan khusus kepada PT. Gudang Garam Tbk sebagai perusahaan swasta yang memberikan komitmen besar bagi pembinaan olahraga nasional.

"Tapi inilah kenyataan yang harus kita terima bersama," kata Buyung Indrawan, atlet Surya Gudang Garam asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Pernyataan pasrah juga dilontarkan pelatih putri Surya Gudang Garam, Putri Hasibuan. "Kami hanya bisa pasrah sambil berharap ada mukjizat," kata istri mantan Direktur PT Gudang Garam yang kini menjadi salah satu Calon Wali Kota Kediri, Rinto Harno.

Mukjizat yang dimaksud Putri adalah suaminya bisa menghidupkan kembali klub itu kelak jika terpilih sebagai Wali Kota Kediri dalam Pilkada 23 Oktober 2008.

Awal Berdiri

Klub Surya Gudang Garam Kediri awalnya bernama Perkumpulan Tenis Meja (PTM) Sanjaya yang dirintis Empie James Wuisan, Diana Wuisan Tedjasukmana, dan Sinyo Supit pada 14 Oktober 1982.

Ketiga atlet yang berjaya di berbagai "event" nasional dan internasional itu sengaja didatangkan Susilo Wonowidjoyo (anak kandung pendiri Gudang Garam, Suryo Wonowidjojo) ke Kediri.

Di masa keemasannya, Empie menorehkan beberapa prestasi, diantaranya empat medali emas pada SEA Games 1977, dua emas SEA Games 1979 dan medali perak dalam nomor ganda putra bersama Sinyo Supit di ajang Asian Games 1982, Bangkok.

Sedangkan Sinyo sendiri berhasil mencatat prestasi besar saat merebut dua medali emas pada SEA Games 1981, tiga emas di SEA Games 1983 dan tiga emas SEA Games 1987.

Diana sendiri tak mau ketinggalan dari sang suami, Empie, dalam mengukir prestasi. Dia meraih sukses pada SEA Games 1979 dengan satu medali emas, SEA Games 1981 (tiga emas) dan SEA Games 1983 (dua emas).

Selain untuk menempa diri, ketiga atlet itu mendapat tugas khusus dari Susilo untuk melakukan pembibitan atlet tenis meja andal lainnya yang mampu berbicara di dalam dan luar negeri.

Empie dan Diana baru bisa berkonsentrasi penuh menjalankan tugas khusus itu setelah pensiun sebagai atlet pada 1985. Ketelatenan Empie dan Diana dalam melatih atlet membuahkan hasil yang cukup menggembirakan dalam perkembangan olahraga tenis meja di Indonesia.

Dua tahun menerjuni karir pelatih, Diana berhasil mengantarkan Rossy Sjceh Abu Bakar dalam mempersembahkan dua medali emas bagi Indonesia di ajang SEA Games 1987. Kemudian berlanjut pada SEA Games 1989 dengan dua emas, SEA Games 1991 (dua emas), SEA Games 1993 (empat emas) dan SEA Games 1995 (dua emas).

Ling Ling Agustin, atlet binaan Diana lainnya, juga membantu Tim Merah Putih dalam mendulang medali emas selama SEA Games 1989, dua perak SEA Games 1991, dan dua perak SEA Games 1993.

Masih panjang deretan nama atlet nasional yang dibina Diana di Klub Surya Gudang Garam Kediri pada era 1990-2000, diantaranya pada bagian putra ada M. Al Arkam, Deddy da Costa, Yon Mardiono, dan Ersan Sutanto.

Sedangkan di bagian putri ada Putri Hasibuan, Fauziyah Yulianti, Dian Yuliawati, dan Ester Megasari.

"Setelah itu, saya sudah tidak lagi terjun langsung sebagai pelatih," kata Diana yang kemudian menjabat Ketua Harian Klub Surya Gudang Garam Kediri.

Kendati sudah tidak lagi menjadi pelatih karena memegang tanggub jawab penuh sebagai pengelola klub, Diana masih bisa mencetak sederet nama atlet nasional yang dibina sejak masih usia dini.

Mereka adalah M.Hussein, Reno Handoyo, M. Khoiruddin, Kukun Sisdomubarat, Hendrix Maybrata, Gilang Maulana, Ficky Supit Santoso, A. Makrufin, Dahlan Haruri, Syaifur Rizal, dan Yusuf Nurdiawan di bagian putra.

Sedang di bagian putri ada Christine Ferliana, Ceria Nilasari, Lindawati Halim, Santi Febriani, Septi Dyah, Yayuk Rejeki, Silir Rovani, Noor Azizah, Yudha Ngesti, dan Widya.

"Sudah 26 tahun saya di Gudang Garam. Sudah cukup banyak kontribusi saya di klub ini. Demikian pula sudah banyak hal yang saya dapatkan dari Gudang Garam," kata Diana dengan suara tertahan.

Perempuan berusia 57 tahun yang terlihat masih energik itu menyatakan akan meninggalkan klub yang dirintis bersama suami dan rekan seprofesinya itu secara baik-baik.

Peluk dan cium bercampur tangis pun mewarnai perpisahan para atlet, pelatih, dan pengelola klub yang sudah cukup banyak mempersembahkan prestasi terbaik bagi Nusa dan Bangsa ini.

"Mudah-mudahan kita masih bisa berprestasi lagi. Sudahlah, jangan bersedih kawan!" kata Yusuf Nurdiawan memeluk satu per satu rekannya yang masih larut dalam kesedihan sebelum meninggalkan mess atlet yang berada di tengah bangunan pabrik rokok Gudang Garam itu. (*)
Share:

0 comments:

Post a Comment

Arsip


Visitor

Followers